Monday, November 15, 2010

Catatan terhadap ekonomi Indonesia

Hello Word,
Perkenalkan, saya Tara, mahasiswa ekonomi UI yang ikut-ikutan Andri untuk coba nulis ekonomi di blog ini :p.

Satu hal yang harus dicatat di awal adalah: kami masih pemula. Jadi harap dimengerti sekiranya ada kesalahan di sana-sini.

Untuk tulisan pertama ini, saya mungkin belum bisa menuliskan analisa yang tajam ataupun solusi. Saya justru ingin memberikan catatan atas keterbatasan yang ada.

Berbicara ekonomi Indonesia, masalah terbesar adalah DATA. OK, kita ada data dari BPS, ada laporan Departemen Perdagangan, ada laporan Departemen Keuangan, dll. Pertanyaannya, seberapa validkah data-data tersebut? Untuk data transaksi keuangan, mungkin bisa disebut cukup valid, karena sumbernya dari perbankan yang memiliki sistem informasi kuat.
Tapi untuk angka kemiskinan, export, import, perdagangan antar pulau, nilai transportasi, jumlah penduduk miskin, distribusi pendapatan, dll.. seberapa valid data ini?

Dari pengamatan sepintas yang saya lakukan, data berbagai departemen sepertinya sangat diragukan. Termasuk angka export dan import, apakah itu sudah mengcover adanya selundupan? Apakah sudah mengcover adanya transfer pricing?
Untuk data BPS, saya belum bisa berkomentar karena belum pernah tahu sedikitpun bagaimana cara kerja mereka.

Jadi kesimpulan sementara terkait data: HARAP BERHATI-HATI ketika melihat analisa ekonomi dengan menggunakan data. Harus dianggarkan untuk adanya suatu kesalahan data.

Yang kedua: terdapat banyak distorsi terhadap ekonomi Indonesia. Pertanyaan sederhana: berapa seharusnya tarif listrik yang wajar? Berapa seharusnya subsidi pemerintah ke PLN? Berapa sebenarnya keuntungan BUMN?
Boleh dibilang, selama terkait pemerintah (baik belanja pemerintah, perijinan, ataupun BUMN), maka rawan untuk adanya distorsi dari politisi. Apalagi untuk hal-hal yang bernilai besar. Kasus IPO Krakatau Steel yang terbaru, merupakan salah satu contoh kemungkinan adanya distorsi (berapa nilai pasar Krakatau Steel yang tepat?).

Jadi kalau ada yang bilang: Indonesia menganut pasar bebas, STOP! Tunggu dulu, di mana pasar bebasnya? Khusus untuk yang besar-besar justru diragukan pasar bebasnya.

OK, sementara dua point itu aja untuk catatan. Berharap habis ini bisa menulis dengan lebih baik. Sebenernya ada ide sih untuk menulis tentang sistem ekonomi Indonesia, bagaimana sebaiknya kebijakan Pemerintah terhadap ekonomi dengan memperhatikan keadilan ekonomi (ini hasil diskusi dengan dosen TI ITB: Pak Senator). Tapi ini panjang, nanti cari waktu lagi dah :D.

No comments:

Post a Comment